serbuan putih hitam... hehe |
Setahun yang lalu, aku ada di posisi
yang sama dengan mereka. Kemeja putih, kerudung putih, rok hitam, plus atribut
name tag khas untuk identitas mahasiswa baru. Tidak lupa dengan beragam barang
bawaan yang ditugaskan panitia. Aku hanya tersenyum simpul ketika melihat
ade-ade ku yang baru. Aku mengerti perasaan dan segala kerepotan mereka
mengikuti MOKA-KU, karena aku juga pernah menjadi seperti itu. Namun kini, aku
berada di posisi yang berbeda. Posisi yang tak pernah terbersit pun akan aku
tempati. Aku memakai jas almamter dengan pita pink yang melingkari lenganku,
ditambah dengan ID card yang menggantung di leherku. Aku menjadi bagian dari
panitia MOKA-KU sebagai salah satu pemandu. Sekali lagi, itu bukan kemauanku,
semua terjadi karena garis takdir dari Allah. Hehe...
logo MOKA KU UPI 2014 |
Kenapa bisa demikian??? Semua
berawal dari sebuah doa, sampai akhirnya Allah menunjukan cara-Nya agar aku
dapat merealisasikan doa itu. Beberapa hari sebelum MOKA-KU, aku termenung di
kamar kos ku. Ada sebersit tanya yang harus ku jawab, tapi aku tak menemukan
jawaban itu. Sebenarnya, selama setahun di kampus, apa saja karya yang telah ku
hasilkan??? Status mahasiswa yang kusandang, apa sudah ku manfaatkan dengan
baik??? Sebenarnya, apa tujuanku ada di kampus ini???? Kenapa seolah stagnant langkah ini untuk bisa
melangkah maju??? Agar kegalauan itu hilang, akhirnya aku melampiaskannya di
atas hamparan sejadah. Dalam untaian doa kupanjatkan semua keluh kesahku :”Ya Allah, aku tahu... sebaik-baiknya manusia
adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Ya Allah... 19 tahun usiaku,
namun aku merasa sangat egois. Seluruh waktu yang telah Engkau berikan, aku
habiskan untuk kesenangan sesaat yang hanya dapat ku rasakan sendiri. Ya
Allah... aku ingin seperti mahasiswa yang lain. Orang-orang luar biasa yang
dapat bermanfaat untuk orang lain. Para akademisi yang juga organisatoris yang
hebat. Ya Allah... bantu aku melawan rasa takut mencoba, bangkit dari kemalasan
yang melanda. Aku ingin menjadi mahasiswa akademisi dan organisatoris yang
sukses.”
Tidak disangka, doa itu langsung
terkabul keesokan harinya. Aku masih ingat saat itu hari Jumat sore. Selepas
selesai Semester Padat, aku langsung bergegas pulang kampung. Haha.. melepas
penat pasca ujian akhir semester padat. Aku sudah meracang rencana untuk
mengisi liburan sebelum semester 3 di bulan september di mulai. Namun, Allah
sudah merancang rencana yang lebih indah untukku. Di perjalanan pulang, aku
mendapat telepon dari sahabatku venti. Dia memintaku untuk menggantikan posisinya
sebagai pemandu MOKA UPI karena ia berhalangan hadir. Sontak aku kaget,
bingung, tapi juga tak kuasa menolak. Apalagi ia meminta tolong dengan nada
panik. Entah kenapa aku akhirnya mengeluarkan kata “iya” sebagai persetujuan
untuk mengantikannya. Padahal, aku tidak tahu sama sekali tentang persiapan
untuk MOKA UPI.
Setelah tiba di rumah, aku langsung
mendapat sms dari teh Hana. Beliau adalah salah satu kaka tingkat yang menjadi
panitia pemandu. Beliau mengkonfirmasi bahwa aku sudah dimasukkan ke panitia
sebagai pengganti Venti.Ya Allah... inikah jawaban dari doa ku? Menjadi
akademsi dan organisatoris? Tak ku sangka akan secepat ini Engkau
mengabulkannya. Tapi... keraguan itu muncul kembali. Apa aku benar-benar
sanggup untuk memegang amanah ini? Aku tidak tahu sama sekali apa yang harus ku
lakukan ketika jadi pemandu. Namun.. setelah berkutat dengan batinku, ku
putuskan untuk tetap melaju. Aku harus bisa. Demi temanku dan aku sendiri.
Apabila aku terus mengikuti rasa takut, kapan aku bisa maju???
Aku langsung mencari informasi
seputar MOKA-KU di internet. Ku download semua file-file yang bisa membantuku
agar tidak terlalu blank dalam hal kepanitian. Dan Allah kembali berbaik hati.
Sehari sebelum MOKA-KU ada pelatihan terakhir untuk para pemandu. Tidak ku
sia-siakan hal itu untuk mengejar semua ketertinggalanku. Aku kembali ke
kampus, melupakan liburan di rumah yang telah ku rancang pasca semester padat.
Berat sebenarnya, namun aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan
untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.
Kalian pasti sudah bisa menebak apa
yang kurasakan ketika mengikuti pelatihan panitia untuk yang pertama dan
terakhir dalam rangka persiapan untuk kegiatan MOKA. Kalian yang menjawab,
wah... pasti kebingungan, takut, cemas, frustasi ga ngerti, kemungkinan nyerah
jadi panitia, aku kasih nilai 100. Haha.. itu jawaban yang tepat. Semua
perasaan itu aku rasain ketika pelatihan sehari sebelum MOKA di laksanakan.
Namun, Allah sekali lagi membantuku. Ia mengirimkan Merisa, Siti, dan
teman-temannya untuk membantuku. Aku seolah tak sendiri lagi. Mereka yang
menemaniku semenjak pelatihan sampai aku selesai menjadi pemandu...
haha..eksis dulu saat jadi pemandu |
Lantas, bagaimana ceritaku ketika
menjalankan tugas sebagai pemandu??? Haha.. ternyata sangat luar biasa. Badanku
sudah teramat letih setelah ikut
pelatihan. Pulang ketika adzan magrib sudah berkumandang. Aku ingin segera
berbaring meregangkan otot-otot tubuh. Namun, aku harus bertahan melawan kantuk
karena harus membaca materi kepemanduan yang akan disampaikan kepada adik-adik
besok pagi. Pukul 3 dini hari, mataku terpaksa ku buka. Aku harus segera
bersiap, karena pukul 4 nanti aku harus sudah ada di kampus. Aku terpaksa
bersahabat dengan dinginnya air yang mengguyur tubuhku. Kemudian dengan mata
yang masih menahan kantuk melangkah menuju kampus yang masih gelap karena sang
surya masih bersembunyi. Tak pernah ku bayangkan, ternyata aku bisa
melakukannya. Melawan kemalasan yang selama ini membelenggu. Dini hari seperti
ini, biasanya aku masih terlelap di bawah naungan selimut.
Kantukku seolah sirna ketika aku
mulai bertugas menjadi pemandu. Ku acungkan papan bertuliskan angka 96, menanti
adik-adikku yang sejak kemarin sudah mulai mengsms dan memperkenalkan diri
bahwa mereka adalah mahaiswa baru yang menjadi adik yang akan di pandu olehku.
Aku bahagia akhirnya bisa bertemu dengan mereka. Wajah-wajah polos khas anak
SMA yang masih terpancar dari mereka. Ada Adinda, Anrizqa, Damayanti, Evi,
Gina, Kenny, Maya, Nida, Rachma, Rizkyta, Salma, dan Syifa. Aku beruntung karena
mendapatkan adik-adik yang baik dan tidak bertingkah aneh-aneh. Mereka juga
memperhatikan ketika aku menjelaskan dan merespon apa yang ku katakan. Ya
Allah... rasanya seperti mimpi. Tahun lalu, aku yang ada di posisi
itu.Mendengarkan apa yang dijelaskan oleh teteh pemandu dengan memasang wajah
polos, lebih tepatnya wajah yang masih bingung dengan keadaan kampus. Tapi
sekarang... aku yang berbicara seperti teteh yang setahun lalu membimbingku.
Alhamdulillah ^^
Selain di MOKA tingkat universitas,
aku juga berpartsipasi di MOKA jurusan. Ketika hari kedua dan ketiga MOKA, aku
ikiut kegiatan di Himpunan Mahasisawa Civics Hukum (HMCH). Himpunan jurusan
anak-anak PKn. Namun, aku tidak terlibat sebagai panitia, karena aku bukan
bagian dari BEM, tapi DPM. Aku hanya bisa melihat dan mengawasi jalannya MOKA
jurusan. Di hari ketiga, aku dan teman-teman DPM memperkenalkan diri kami di
hadapan mahasiswa baru PKn. Hehe.. setahun yang lalu, aku ingin sekali ada di
posisi ini. Bisa berdiri dan diperhatikan oleh para mahasiswa baru. Dan
sekarang, semua terwujud. Selain sebagai berkenalan sebagai bendahara DPM, aku
juga kembali berkenalan ketika pengenalan anggota Unit-Unit Khusus (UUK)
himpunan. Aku masuk sebagai anggota Unit Pers dan Penerbitan (UPP). Hehe.. hari
itu aku akhirnya bisa memakai kemeja biru yang ku impikan. Kemeja kebanggaan
anak-anak UUP.
Hari terakhir MOKA-KU UPI ditutup
dengan parade Unit Kegiatan Mahsiswa (UKM). Meriah sekali suasana di depan
gedung gymansium UPI, dihiasi oleh stand-stand UKM. Aku jadi tertarik untuk
ikut UKM tahun ini. Hehe.. tahun kemrin aku masih malas untuk ikut UKM. Tahun
ini... aku harus bangkit dari kemalasan!! Haha.. Dan niatku bertambah kuat
ketik mendengar motivasi dari traner di acara penutupan MOKA. Trainer tersebut
mengatkan bahwa kita harus berjuang terus untuk bangkit. Kita harus berkarya.
Kata-kata pentupan dari ketua pelaksana MOKA juga semakin menguatkan
semnagatku. Beliau mengatakan bahwa kita harus terus berjuang untuk berkarya
sampai rasa lelah yang kita rasakan menjadi tidak terasa, karena rasa lelah
menjadi sahbat yang mengiringi perjuangan kita bukan menjadi alasan untuk berhenti.
Penutupan MOKA UPI diakhiri dengan
acara memakai jas almamater UPI secara serentak oleh para mahasiswa baru.
Bahagia rasanya melihat pancaran kebahagiaan adik-adikku ketika mereka memakai
jas almamater, menutupi kemeja putih mereka. Mereka kini resmi menjadi bagian
dari keluarga besar Universitas Pendidikan Indonesia. Selamat datang
adik-adikku {}. Hujan balon seoalah menjadi latar yang memperindah kebahagiaan
hari itu. Kami semua larut dalam suka.
Panitia MOKA mengakhiri tugas hari
itu denga berfoto bersama. Hehe.. narsis nya kambuh. Kesan dan pesan dari Teh
Vina, Teh Maya dan Kang Farhan selaku Ketua divisi pembina, menjadi hal yang
membuat haru biru suasana. Perpisahan memang menyisakan keharuan yang tak
tertahankan. Bolehkah aku bermimpi, suatu saat aku yang akan menggantikan
posisi mereka sebagai ketua divis pembina MOKA UPI tahun depan? Hehe....
suasana kepemanduan |
Selalu
ada harga mahal dari sebuah pengalaman. Pengorbanan dan konsekuensi selalu
mewarnai pilihan yang kita ambil. Namun percayalah, tak ada yang sia-sia. Jika
saat ini belum bisa dirasakan manfaatnya, maka suatu saat pasti akan terasa.
Terima kasih untuk pengalaman yang berharga selama 4hari kemarin. Aku sangat
bersyukur bisa menjadi bagian dari panitia MOKA UPI. Selamat datang
adik-adikku, kita berjuang bersama untuk berkarya demi kemajuan Indonesia ^_^
pemandu MOKA narsis bareng-bareng |
wajah-wajah pemandu |
kayaknya seru jadi pemandu moka-ku upi :( komen back ya di http://bit.ly/1lCxnXW :)
BalasHapushaha.. ya seru dan cape juga :)
BalasHapusmaaf tteh mau tanya, jaster UPU saya hilang, itu bisa beli lagi? terus pesennya kemana? dan saya tadi lihat di info,harganya Rp.100.000
BalasHapusmaaf,, UPI mksd saya
BalasHapus