Langsung ke konten utama

Semangat Berkarya dari UPI untuk Indonesia



serbuan putih hitam... hehe
Ada suasana yang berbeda di UPI ketika tanggal 26-29 Agustus kemarin. UPI diserbu oleh ribuan orang berbaju putih hitam. Eits.... jangan berpikir kalau ada magang kerja massal atau ada gerakan demo mahasiswa karena kelangkaan BBM akhir-akhir ini. Lantas, ada apakah gerangan??? Wah... ternyata penyebabnya karena ada MOKA-KU (Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum) untuk menyambut para mahasiswa baru...^_^  Horeee!!! Punya ade baru... ade nya banyak lagi, sampai ribuan orang. Haha...
            Setahun yang lalu, aku ada di posisi yang sama dengan mereka. Kemeja putih, kerudung putih, rok hitam, plus atribut name tag khas untuk identitas mahasiswa baru. Tidak lupa dengan beragam barang bawaan yang ditugaskan panitia. Aku hanya tersenyum simpul ketika melihat ade-ade ku yang baru. Aku mengerti perasaan dan segala kerepotan mereka mengikuti MOKA-KU, karena aku juga pernah menjadi seperti itu. Namun kini, aku berada di posisi yang berbeda. Posisi yang tak pernah terbersit pun akan aku tempati. Aku memakai jas almamter dengan pita pink yang melingkari lenganku, ditambah dengan ID card yang menggantung di leherku. Aku menjadi bagian dari panitia MOKA-KU sebagai salah satu pemandu. Sekali lagi, itu bukan kemauanku, semua terjadi karena garis takdir dari Allah. Hehe...
logo MOKA KU UPI 2014
            Kenapa bisa demikian??? Semua berawal dari sebuah doa, sampai akhirnya Allah menunjukan cara-Nya agar aku dapat merealisasikan doa itu. Beberapa hari sebelum MOKA-KU, aku termenung di kamar kos ku. Ada sebersit tanya yang harus ku jawab, tapi aku tak menemukan jawaban itu. Sebenarnya, selama setahun di kampus, apa saja karya yang telah ku hasilkan??? Status mahasiswa yang kusandang, apa sudah ku manfaatkan dengan baik??? Sebenarnya, apa tujuanku ada di kampus ini???? Kenapa seolah stagnant langkah ini untuk bisa melangkah maju??? Agar kegalauan itu hilang, akhirnya aku melampiaskannya di atas hamparan sejadah. Dalam untaian doa kupanjatkan semua keluh kesahku :”Ya Allah, aku tahu... sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Ya Allah... 19 tahun usiaku, namun aku merasa sangat egois. Seluruh waktu yang telah Engkau berikan, aku habiskan untuk kesenangan sesaat yang hanya dapat ku rasakan sendiri. Ya Allah... aku ingin seperti mahasiswa yang lain. Orang-orang luar biasa yang dapat bermanfaat untuk orang lain. Para akademisi yang juga organisatoris yang hebat. Ya Allah... bantu aku melawan rasa takut mencoba, bangkit dari kemalasan yang melanda. Aku ingin menjadi mahasiswa akademisi dan organisatoris yang sukses.”
            Tidak disangka, doa itu langsung terkabul keesokan harinya. Aku masih ingat saat itu hari Jumat sore. Selepas selesai Semester Padat, aku langsung bergegas pulang kampung. Haha.. melepas penat pasca ujian akhir semester padat. Aku sudah meracang rencana untuk mengisi liburan sebelum semester 3 di bulan september di mulai. Namun, Allah sudah merancang rencana yang lebih indah untukku. Di perjalanan pulang, aku mendapat telepon dari sahabatku venti. Dia memintaku untuk menggantikan posisinya sebagai pemandu MOKA UPI karena ia berhalangan hadir. Sontak aku kaget, bingung, tapi juga tak kuasa menolak. Apalagi ia meminta tolong dengan nada panik. Entah kenapa aku akhirnya mengeluarkan kata “iya” sebagai persetujuan untuk mengantikannya. Padahal, aku tidak tahu sama sekali tentang persiapan untuk MOKA UPI.
            Setelah tiba di rumah, aku langsung mendapat sms dari teh Hana. Beliau adalah salah satu kaka tingkat yang menjadi panitia pemandu. Beliau mengkonfirmasi bahwa aku sudah dimasukkan ke panitia sebagai pengganti Venti.Ya Allah... inikah jawaban dari doa ku? Menjadi akademsi dan organisatoris? Tak ku sangka akan secepat ini Engkau mengabulkannya. Tapi... keraguan itu muncul kembali. Apa aku benar-benar sanggup untuk memegang amanah ini? Aku tidak tahu sama sekali apa yang harus ku lakukan ketika jadi pemandu. Namun.. setelah berkutat dengan batinku, ku putuskan untuk tetap melaju. Aku harus bisa. Demi temanku dan aku sendiri. Apabila aku terus mengikuti rasa takut, kapan aku bisa maju???
            Aku langsung mencari informasi seputar MOKA-KU di internet. Ku download semua file-file yang bisa membantuku agar tidak terlalu blank dalam hal kepanitian. Dan Allah kembali berbaik hati. Sehari sebelum MOKA-KU ada pelatihan terakhir untuk para pemandu. Tidak ku sia-siakan hal itu untuk mengejar semua ketertinggalanku. Aku kembali ke kampus, melupakan liburan di rumah yang telah ku rancang pasca semester padat. Berat sebenarnya, namun aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.
            Kalian pasti sudah bisa menebak apa yang kurasakan ketika mengikuti pelatihan panitia untuk yang pertama dan terakhir dalam rangka persiapan untuk kegiatan MOKA. Kalian yang menjawab, wah... pasti kebingungan, takut, cemas, frustasi ga ngerti, kemungkinan nyerah jadi panitia, aku kasih nilai 100. Haha.. itu jawaban yang tepat. Semua perasaan itu aku rasain ketika pelatihan sehari sebelum MOKA di laksanakan. Namun, Allah sekali lagi membantuku. Ia mengirimkan Merisa, Siti, dan teman-temannya untuk membantuku. Aku seolah tak sendiri lagi. Mereka yang menemaniku semenjak pelatihan sampai aku selesai menjadi pemandu...
haha..eksis dulu saat jadi pemandu
            Lantas, bagaimana ceritaku ketika menjalankan tugas sebagai pemandu??? Haha.. ternyata sangat luar biasa. Badanku sudah teramat letih  setelah ikut pelatihan. Pulang ketika adzan magrib sudah berkumandang. Aku ingin segera berbaring meregangkan otot-otot tubuh. Namun, aku harus bertahan melawan kantuk karena harus membaca materi kepemanduan yang akan disampaikan kepada adik-adik besok pagi. Pukul 3 dini hari, mataku terpaksa ku buka. Aku harus segera bersiap, karena pukul 4 nanti aku harus sudah ada di kampus. Aku terpaksa bersahabat dengan dinginnya air yang mengguyur tubuhku. Kemudian dengan mata yang masih menahan kantuk melangkah menuju kampus yang masih gelap karena sang surya masih bersembunyi. Tak pernah ku bayangkan, ternyata aku bisa melakukannya. Melawan kemalasan yang selama ini membelenggu. Dini hari seperti ini, biasanya aku masih terlelap di bawah naungan selimut.
            Kantukku seolah sirna ketika aku mulai bertugas menjadi pemandu. Ku acungkan papan bertuliskan angka 96, menanti adik-adikku yang sejak kemarin sudah mulai mengsms dan memperkenalkan diri bahwa mereka adalah mahaiswa baru yang menjadi adik yang akan di pandu olehku. Aku bahagia akhirnya bisa bertemu dengan mereka. Wajah-wajah polos khas anak SMA yang masih terpancar dari mereka. Ada Adinda, Anrizqa, Damayanti, Evi, Gina, Kenny, Maya, Nida, Rachma, Rizkyta, Salma, dan Syifa. Aku beruntung karena mendapatkan adik-adik yang baik dan tidak bertingkah aneh-aneh. Mereka juga memperhatikan ketika aku menjelaskan dan merespon apa yang ku katakan. Ya Allah... rasanya seperti mimpi. Tahun lalu, aku yang ada di posisi itu.Mendengarkan apa yang dijelaskan oleh teteh pemandu dengan memasang wajah polos, lebih tepatnya wajah yang masih bingung dengan keadaan kampus. Tapi sekarang... aku yang berbicara seperti teteh yang setahun lalu membimbingku. Alhamdulillah ^^
            Selain di MOKA tingkat universitas, aku juga berpartsipasi di MOKA jurusan. Ketika hari kedua dan ketiga MOKA, aku ikiut kegiatan di Himpunan Mahasisawa Civics Hukum (HMCH). Himpunan jurusan anak-anak PKn. Namun, aku tidak terlibat sebagai panitia, karena aku bukan bagian dari BEM, tapi DPM. Aku hanya bisa melihat dan mengawasi jalannya MOKA jurusan. Di hari ketiga, aku dan teman-teman DPM memperkenalkan diri kami di hadapan mahasiswa baru PKn. Hehe.. setahun yang lalu, aku ingin sekali ada di posisi ini. Bisa berdiri dan diperhatikan oleh para mahasiswa baru. Dan sekarang, semua terwujud. Selain sebagai berkenalan sebagai bendahara DPM, aku juga kembali berkenalan ketika pengenalan anggota Unit-Unit Khusus (UUK) himpunan. Aku masuk sebagai anggota Unit Pers dan Penerbitan (UPP). Hehe.. hari itu aku akhirnya bisa memakai kemeja biru yang ku impikan. Kemeja kebanggaan anak-anak UUP.
            Hari terakhir MOKA-KU UPI ditutup dengan parade Unit Kegiatan Mahsiswa (UKM). Meriah sekali suasana di depan gedung gymansium UPI, dihiasi oleh stand-stand UKM. Aku jadi tertarik untuk ikut UKM tahun ini. Hehe.. tahun kemrin aku masih malas untuk ikut UKM. Tahun ini... aku harus bangkit dari kemalasan!! Haha.. Dan niatku bertambah kuat ketik mendengar motivasi dari traner di acara penutupan MOKA. Trainer tersebut mengatkan bahwa kita harus berjuang terus untuk bangkit. Kita harus berkarya. Kata-kata pentupan dari ketua pelaksana MOKA juga semakin menguatkan semnagatku. Beliau mengatakan bahwa kita harus terus berjuang untuk berkarya sampai rasa lelah yang kita rasakan menjadi tidak terasa, karena rasa lelah menjadi sahbat yang mengiringi perjuangan kita bukan menjadi alasan untuk berhenti.
            Penutupan MOKA UPI diakhiri dengan acara memakai jas almamater UPI secara serentak oleh para mahasiswa baru. Bahagia rasanya melihat pancaran kebahagiaan adik-adikku ketika mereka memakai jas almamater, menutupi kemeja putih mereka. Mereka kini resmi menjadi bagian dari keluarga besar Universitas Pendidikan Indonesia. Selamat datang adik-adikku {}. Hujan balon seoalah menjadi latar yang memperindah kebahagiaan hari itu. Kami semua larut dalam suka.
            Panitia MOKA mengakhiri tugas hari itu denga berfoto bersama. Hehe.. narsis nya kambuh. Kesan dan pesan dari Teh Vina, Teh Maya dan Kang Farhan selaku Ketua divisi pembina, menjadi hal yang membuat haru biru suasana. Perpisahan memang menyisakan keharuan yang tak tertahankan. Bolehkah aku bermimpi, suatu saat aku yang akan menggantikan posisi mereka sebagai ketua divis pembina MOKA UPI tahun depan? Hehe....
suasana kepemanduan
            Selalu ada harga mahal dari sebuah pengalaman. Pengorbanan dan konsekuensi selalu mewarnai pilihan yang kita ambil. Namun percayalah, tak ada yang sia-sia. Jika saat ini belum bisa dirasakan manfaatnya, maka suatu saat pasti akan terasa. Terima kasih untuk pengalaman yang berharga selama 4hari kemarin. Aku sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari panitia MOKA UPI. Selamat datang adik-adikku, kita berjuang bersama untuk berkarya demi kemajuan Indonesia ^_^
pemandu MOKA narsis bareng-bareng

wajah-wajah pemandu

Komentar

  1. kayaknya seru jadi pemandu moka-ku upi :( komen back ya di http://bit.ly/1lCxnXW :)

    BalasHapus
  2. haha.. ya seru dan cape juga :)

    BalasHapus
  3. maaf tteh mau tanya, jaster UPU saya hilang, itu bisa beli lagi? terus pesennya kemana? dan saya tadi lihat di info,harganya Rp.100.000

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular post

Makalah Ilmu Negara

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Keberadaan suatu institusi yang bernama negara tidak dapat dielakkan, hal ini karena kodrat manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan perangkat yang menjadi ikatan kebersamaan dalam kontrak sosial antar manusia.Perangkat institusi yang bernama negara diharapkan menjadi wadah agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa atau konflik dan menjaga kedamaian sosial.Dengan alasan tersebut, maka negara memiliki faktor penting dalam kehidupan manusia. Disamping banyaknya orang   membicarakan tentang Negara, tetapi mereka belum mengenal seluk-beluk atau pengetahuan dan wawasan tentang Negara. Maka dari itulah penulis berinisiatif untuk membuat makalah mengenai “Konsep Dasar Ilmu Negara”. B.      Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merusmuskan masalah makalah ini sebagai berikut. a.        Apa pengertian ...

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus

            Sayup-sayup suara adzan membangunkan ku dari tidur lelapku. Namun, badanku masih terasa sangat letih untuk ku ajak bangkit menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Udara dingin seolah semakin membelaiku untuk kembali menarik selimut. Akhirnya… tak kuhiraukan suara panggilan untuk segera memenuhi panggilan Allah. Kembali ku teruskan mimpi yang sempat terputus. Namun… baru sebentar ku terlelap, suara ayam berkokok dari HP ku sudah kembali mengganggu. Dengan malas ku matikan alarm yang sudah semakin nyaring bunyinya.             “Aduh! Ini ayam berisik banget! Lima menit lagi ya yam. Nanti bangunin lagi.” Gumamku setengah sadar, sambil mengatur alarm kembali.             Namun… kali ini aku benar-benar terlelap. Tak kudengar lagi suara ayam berkokok atau bunyi apapun yang membangunkanku. Sinar hangat men...