Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Melodi kebersamaan

Ceritanya akhir-akhir ini aku lagi kangen banget sama masa-masa indah di SMA. Diem di rumah ngabisin waktu libur kuliah bikin aku senantiasa memandangi benda-benda peninggalan masa SMA dulu. Mulai dari buku, foto, album kenangan, buku, sampe ke lembar ijazah yang bikin memori waktu SMA terputar kembali. Diantara tumpukan buku yang berjejer, aku menemukan tabloid “SUKSES”. Tabloid karya anak-anak jurnalistik SMAN 1 Padalarang. Iseng-iseng aku kembali membaca tulisan-tulisan yang dimuat disana. Sampe akhirnya mataku terpaku pada puisi karya guru-guru Bu Ros, Pa Jamal, Bu Nia (Rosjani). Puisi yang bikin aku teringat kembali pada masa-masa dulu ketika baju putih abu masih melekat.. inilah sepenggal puisi indah dari mereka. I love you my teachers.. Percuma ada cinta bila tak pernah bersama Percuma ada rindu bila tak pernah bersatu Senandung Indonesia United itu terdengar nyaring di telingaku Mengiringi detak sepatu lars yang membahana Tatkala kususuri koridor ini Dengan

Jangan Biarkan Penyesalan itu Datang

Kamu tentu hapal dengan lirik lagu berikut ini: Kasih ibu kepada beta Tek terhingga sepanjang masa Hanya memberi tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia…             Ya.. itulah lagu “Kasih Ibu” hasil buah karya ibu Sud. Lagu abadi yang diwariskan dari masa ke masa hingga semua orang tidak asing mendengarnya. Lagu sederhana yang menggambarkan betapa tulusnya seorang ibu menyayangi kita. Malaikat yang diturunkan Allah untuk senatiasa menjaga dan melindungi kita di bumi ini. Hingga dengan cintanya, aku… kamu.. kita… dan mereka, dapat menjadi seperti saat ini..             Renungan kisah dibawah ini semoga kembali mengingatkan kita pada kasih sayang kedua orang tua kita… nasehat dari seorang ibu kepada anak gadis yang begitu dicintainya...agar ia tidak terjerumus pada kesenangan duniawai hingga merasakan penyesalan di kemudian hari.. Ibu… ibu…ibu…ia berjuang pertaruhkan nyawanya yang berharga hanya untukmu. Ia selalu berpikir bahwa nyawa kamulah yang le