Langsung ke konten utama

BAB III DISIPLIN SOSILOGI



  1. PENDAHULUAN
 Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup dalam kelompok. Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup seorang diri. Manusia dituntut untuk dapat berinteraksi dengan sesama agar dapat saling memenuhi kebutuhan hidup. Jika manusia tidak dapat berinteraksi, maka hidupnya akan terisolir dan mengalami kesulitan dalam melangsungkan kehidupannya.Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan tempat ia berada.
Manusia banyak perbedaan yang seringkali menimbulkan pertentangan. Keanekaragaman yang ada bukan menjadi persoalan besar jika kita tidak  menjadikannya masalah. Perbedaan itu indah. Perbedaan akan mewarnai hubungan diantara sesama manusia agar lebih berwarna dan dinamis. Namun, adakalanya  manusia tidak dapat menerima perbedaan itu. Hal itu dikarenakan manusia tidak dapat  mengatasi perbedaan  karena minimnya pengetahuan.
Sosiologi muncul sebagai salah satu disiplin ilmu sosial yang mengkaji hubungan di masyarakat. Didalam sosiologi manusia akan mempelajari mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan interaksi di masyarakat. Interaksi yang seringkali tidak berjalan mulus menjadi perhatian utama sosiologi. Sosiologi akan menelusuri seluk beluk di masyarakat yang diharapakan menjadi solusidari beragam persosalan yang dihadapi masyarakat. Sosiologi mencoba memandang dari sudut pandang yang berbeda mengenai sebuah persoalan. Melalui soisologi, manusia akan belajar memahami nilai, norma, hak dan kewajiban yang harus dilakukannya. Dengan demikian, akan tercipta kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. 

B. SUBSTANSI RANGKUMAN
 

1. Pengertian dan Sifat
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup bersama dengan sesamanya. Manusia selalu hidup bermasyarakat  agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Proses hubungan di masyarakat itu tidak selamanya berjalan mulus. Adakalanya dan bahkan seringkali terjadi konflik. Dalam keadaan sperti inilah perlu adanya otoritas keilmuan yang memberikan penjelasatentang berbagai problema di masyarakat. Oleh karena itu, lahirlah sosiologi yang berkembang ditengah disiplin-disiplin ilmu sosial sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan perkelompokan manusia.
Masyarakat merupakan objek kajian terbesar bagi para ahli sosiologi, karena . masyarakat adalah kelompok manusia yang paling besar dibandingkan dengan pranata sosial lainnya dan komunitasnya bersifat permanen dan mandiri dalam memahami nilai-nilai dan keyakinan masing-masing anggotanya. Manusia memiliki perilaku yang senantiasa berubah dan memiliki dinamika yang sangat tinggi. Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji masyarakat memiliki sejumlah sifat yaitu:
  1. Bagian  dari rumpun ilmu sosial bukan ilmu alam
  2. Bukan disiplin yang normatif tapi kategoris
  3. Disiplin ilmu murni bukan terapan
  4. Ilmu yang abstrak bukan konkrit
  5. Disiplin ilmu yang menghasilkan pengertian dan pola-pola umun
  6. Ilmu yang empiris dan rasional
  7. Ilmu umum bukan ilmu khusus

2. Konsep Dasar
1. Sosialisasi
a. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses masuknya seorang individu menjadi anggota kelompok sosialnya dengan mempelajari budaya dan peran yang harus dijalankannya. Sosialisasi merupakan gambaran suatu proses untuk mempelajari peran baru. Sosialisasi seringkali dipandang sebagai proses penanaman nilai dari satu generasi ke generasi lainnya. Beberpa ahli sosiologi menyebutnya. sebagai teori mengenai peranan.

2. Jenis Sosialisasi
a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa belajar menjadi anggota masyarakat. Berlangsung pada usia 1-5 tahun. Pada sosialisasi ini, anak mulai mampu mengenal anggota keluarganya dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap anak mulai mampu membedakan dirinya dan orang lain disekitar keluarganya.
b. Sosialisasi Sekunder
            Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertemtu di  resosialisasi seorang individu diberi identitas baru. Sedangkan dalam desosialisasi sesoramg menglami pencabutan identitas diri dari yang lama.

3. Tipe Sosilisasi
a.Sosialisasi formal: sosialisasi yang terjadi melalui lembaga-lembaga formal yang berlaku dalam negara dan dilembaga pendidikan
b.Sosialisasi informal: sosialisasi yang berlangsung di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan.

4. Pola Sosialisasi
a.Sosialisasi represif (repressive socialization): sosialisasi yang menekankan hukuman, kepatuhan anak, komunikasi satu arah, dominasi orang tua sebagai significant other.
b.Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization): sosialisasi yang memberikan imbalan ketika berperilaku baik, hukuman hanya simbolik, anak diberi kebebasan,interaksi dan komunkasi lisan, keluaraga menjadi generalized other.
5. Proses Sosialisasi
George Herbert Mead dan Cjarles H.Cooley berpendapat bahwa sosialisasi melalui tahap:
a.Tahap persiapan (prepatory satge) : dimulai sejak manusia dilahirkan yang berlangsung di lingkungan keluarga saat seseorang mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya
b.Tahapmeniru (play stage) : semakin intensif dan sempurna seorang anka menirukan peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
c.Tahap siap bertindak ( game stage) : proses peniruan oleh anak sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
d.Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other): seseorang dianggpa telah dewasa yang ditandai dengan kemmpuannya dalam menempatkan diri pada posisi masyarakat secar luas.

3. Agen Sosialisasi
a. Keluarga : merupakan lingkungan pertama anak belajar bersosialisasi. Agen sosialisasi ini adalah orang tua dan saudara.. Tiga hal penting yang dipelajari yaitu tata kram pergaulan, agama dan cara beribadah.
b. Teman Sebaya: pada tahap ini anak mempelajari kemampuan baru yang diperoleh dari teman sebayanya. Anak memasuki tahap bermain (game stage). Anak akan mempelajari aturan yang mengatur peramn orang yang kedudukannya sederajat dengnnya.
c. Sekolah: mempersiapkan anak untuk menguasai peran-peran baru di kemudiah hari, dikal anak tidak lagi bergantung kepada orang tuanya. Anak akan belajar membaca, menulis, berhitung, kemandirian, prestasu, universalisme, dan spesifitas.
d. Masyarakat: anak akan mengenal dan mempelajri peran sebagai anggota masyarakat yang baik. Anak akan mengetahui aturan yang ada di tempat tingglnya, sehingga ia tahu apa yang harus dilakukannya.

  1. ANALISIS DAN KESIMPULAN
Sosiologi lahir dan berkembang sebagai disiplin ilmu yang mepelajari hubungan masyarakat. Sosiologi memberikan pelajarn mengenai nilai dan norma agar masyarakat dapat mengetahui aturan yang ada. Sosiologi juga mengajarkan peran-peran yang harus dilakukan individu disetiap fase perkembangan yang dilaluinya. Sosiologi mengajarkan manusia untuk belajar mengenai budaya dan peran yang harus dijalankan melalui proses sosialisasi. Sosialisasi menjadi sarana untuk mentransfer nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Jenis sosialisasi di masyarakat terbagi menjadi  sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.Didalam sosialisasi primer seoranga nak akan belajar mengenai nilai-nilai dasar di masyarkat. Peran orang tua sangat pentting didalam sosialisasi primer ini. Interaksi antara anak dan orangtua akan sangat menentukan warna kepribadian anak. Sosialisasi sekunder akan dialami setelah anak mengenal lingkungan diluar lingkungan keluarga. Ia akan berinteraksi dengan masyarakat luas dan belajar mengenai aturan-aturan baru. Dalam mempelajari sosialisasi ada yang melalui sosialisasi formal dan informal. Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga resmi misalnya sekolah. Sementara sosialisasi informal didalam pergaulan di masyarakat melaui teman, sahabat dan kelompok sosial.
Sosialisasi dilakukan oleh agen sosialisasi, yaitu keluarga, teman sebaya, sekolah dan masyarakat. Agen-agen itu mengajarkan berbagai pelajaran yang berbeda-beda. Namun, proses pengajarannya berkaitan satu sama lain. Agen sosialisasi  ada yang menggunakan pola sosialisasi represif dan partisipatoris. Sosialisasi represif lebih menekankan paksaan dan hukuman sehingga menimbulkan tekanan. Berbeda dengan sosialisasi partisipatoris yang mengedepankan komunikasi dua arah, dimana masing-masing pihak saling mengutarakan kehendaknya. Hal ini akan menciptakan suasana yang komunikatif.
Agen sosialisasi yang satu akan mempengaruhi perkembangan di tahap agen sosialisasi yang lainnya. Contohnya apabila seorang anak mendapatkan sosialisasi yang tidak sempurna di keluarga, maka ia akan kesulitan untuk mendapatkan sosialisasi yang sempurna di agen sosialisasi yang lainnya. Hal itu karena kepribadiannya sudah terpengaruh efek negatif.

Komentar

Popular post

makalah emotional intelligence

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang             Kecerdasan intelektual seringkali menjadi ukuran sebagian besar orang untuk meraih kesuksesan. Banyak orang berpikir, dengan kemampuan intelektual yang tinggi, seseorang bisa meraih masa depan yang   cerah dalam hidupnya. Tidak heran, banyak orang tua selalu menekankan anaknya untuk meraih nilai sebaik mungkin agar kelak memiliki masa depan yang cemerlang. Sistem pendidikan di negara kita yang lebih menekankan pada prestasi akademik siswa atau mahasiswa juga semakin mendukung argumen tersebut. Padahal kenyataannya, kecerdasan intelektual bukanlah hal mutlak yang dapat menjamin kesuksesan seseorang.             Mungkin kita sering bertanya-tanya mengapa orang yang ber-IQ tinggi justru banyak yang mengalami kegagalan dalam karirnya. Sedangkan orang yang ber-IQ sedang justru dapat lebih sukses dari orang yang ber-IQ tinggi. Hal itu disebabkan karena ada satu kecerdasan yang lebih berpengaruh dalam menentukan kesuksesan seseoran

BOOK REPORT FILSAFAT MORAL

BAB   I PENDAHULUAN 1.1   Identitas Buku Judul buku       : Filsafat Moral Penulis                : James Rachels Cetakan              : ke enam Tahun terbit      : 2013 Penerbit              : Kanisius, Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55011 Halaman             : 394 lembar Harga                 : Rp. 52.000,00 Penerjemah       : A. Sudiarja 1.2   Latar Belakang Penulisan Persoalan-persoalan amoral dewasa ini dinilai semakin memprihatinkan. Banyak kalangan masyarakat yang berperilaku melawan aturan-aturan moral. Aturan yang semula ditaati demi terciptanya keteraturan sosial, kini dengan mudah ditentang oleh banyak kalangan. Perbuatan amoral seolah menjadi hal lumrah di masyarakat. Keteraturan sosial semakin jauh dari harapan. Perubahan zaman yang diwarnai dengan arus globalisasi dan modernisasi merubah segala etika dan aturan moral menjadi sesuatu yang kuno, sehingga banyak kalangan yang meninggalkannya. Degradasi moral yang melanda generasi m

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

A.     Pendahuluan Bahasa merupakan   alat komunikasi yang penting   agar manusia dapat saling berinteraksi dan berbagi informasi dengan manusia yang lain. Bahasa ada yang digunakan secara lisan, adapula yang digunakan dalam bentuk tulisan. Bahasa melengkapi anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Melalui bahasa, manusia dapat terus mengembangkan kemampuan menalar yang dimilikinya. Kemampuan menalar tersebut sangat penting untuk mengembangkan kemampuan manusia agar terus berkembang kearah kemajuan. Hal itulah yang membuat perkembangan manusia cenderung dinamis. Mengingat pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia, maka penggunaan bahasa harus benar agar dapat dimengerti oleh manusia lain dan tidak menimbulkan kesalah pahaman, terutama dalam penggunakan bahasa tulisan. Dalam menulis, manusia tidak bisa sekehendak hati, tetapi harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Di Indonesia, aturan menulis harus sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Penetapan atur