Setiap orang pasti selalu menginginkan keuntungan dan berusaha untuk menghindari kerugian. Hal itu sudah menjadi kodrat yang Allah ciptakan didalam perasaan setiap manusia. Namun, tidak semua manusia memahami makna untung dan rugi berdasarkan ukuran Allah. Manusia seringkali hanya menggunakan penilaiannya sendiri untuk menilai sesuatu menguntungkan atau merugikan. Contohnya ketika kita dilanda musibah yang membuat menderita. Musibah seringkali diidentikan dengan kerugian. Padahal menurut penilaian Allah, musibah itu memberikan keuntungan bagi manusia itu sendiri. Diantaranya adalah manusia dapat bermuhasabah diri agar belajar untuk mensucikan hati kembali, karena orang yang beruntung menurut Allah adalah orang yang senantiasa mensucikan hatinya.
Didalam surah Al-Mu'minun (ayat 2, 3, 4, 5, 8 dan 9) kita dapat menemukan siapa saja orang-orang yang dapat dikatakan beruntung menurut Allah Swt, yaitu:
(1). Orang-orang yang khusyuk dalam shalat
(2). Orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna
(3). Orang-orang yang menunaikan zakat
(4). Orang-orang yang menjaga kemaluannya
(5) Orang-orang yang memlihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan
(6) Orang-orang yang memlihara shalatnya
Selain itu, golongan orang yang tidak akan merugi juga dapat ditemukan dalam surah Al-Asr'. Imam Syafii' mengatakan bahwa dengan memahami surah Al-Asr' itu sudah cukup meghindarkan kita agar tidak termasuk orang yang rugi. Apabila dijabarkan, di dalam surah Al-Asr' yang termasuk golongan orang yang tidak akan rugi adalah:
a. Orang yang punya iman
b. Menggunakan waktu menjadi amal soleh
c. Saling mewasiati dalam kebenaran
d. Saling mewasiati dalam kesabaran
Orang yang punya iman pasti mempunyai ilmu, karena iman yang ia miliki tumbuh dari hasil pemahaman dan pemikiran yang telah ia dapatkan. Ilmu adalah pupuknya iman. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk mencari ilmu sebanyak mungkin agar menjadi orang yang banyak tahu dan dapat menyampaikan sesuatu dengan benar dan jelas dalilnya, tidak asal bunyi. Hadirilah majelis-majelis ilmu yang dapat menambah pengetahuan kita. Pahamilah ilmu yang kita dapatkan, dakwahkanlah kembali ilmu yang telah kita miliki dan bersabarlah dalam mengamalkan kebenaran yang kita sebarkan dengan ilmu tersebut.
Setiap orang memiliki jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam. Namun, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengisi waktu tersebut. Sehingga, ada orang yang dengan 24 jam itu dapat sukses, bahagia dan merasa tentram, ada juga orang yang memiliki waktu yang sama hidupnya terasa kacau, kegagalan terus menghantui dan selalu diliputi oleh katakutan sehingga jauh dari tentram. Sebenarnya, masalah utamanya bukan terletak pada seberapa banyak waktu yang tersedia tapi bagaimana cara mengisi waktu tersebut. Mudah saja untuk mengetahui bagaimana kehidupan kita kelak di masa depan. Lihat saja apa yang kita lakukan saat ini. Masa depan kita berbanding lurus dengan apa yang kita lakukan saat ini. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan waktu dengan mengerjakan amal soleh agar tidak menjadi orang yang merugi.
Sesama muslim kita harus senantiasa berdakwah di jalan kebenaran untuk menyebarkan ajaran Islam. Seringkali terdapat kesalahan persepsi mengenai dakwah ini. Dakwah masih diidentikan dengan ceramah saja yang tentunya dinilai membosankan. Namun sebenarnya, dakwah itu bukan hanya ceramah di mimbar masjid semata, tapi dakwah yang paling efektif adalah dengan perbuatan nyata. Menurut sebuah penelitian, perkataan itu hanya mempunyai pengaruh 7%, nada bicara berpengaruh 38 % dan sisanya adalah bahasa tubuh yaitu berupa tindakan atau perilaku yang nyata. Dakwah yang paling pokok adalah mendakwahi diri sendiri. Orang yang sibuk memperbaiki diri sebenarnya juga turut memperbaiki orang lain. Tekadkan setiap bertemu dengan orang lain harus menjadi jalan dakwah.
Selain harus saling mewasiati dalam kebenaran, sesama muslim juga harus saling menasehati dalam kesabaran. Rahasia sabar dalam menjalani berbagai ujian hidup dapat diibaratkan seperti orang yang sedang puasa. Orang yang berpuasa senantiasa sabar dalam menahan godaan berbagai hidangan yang menggoda selera ataupun menahan diri dari hal-hal yang negatif karena ia tahu adzan magrib pasti segera tiba dan menjadi kemenangan yang indah untuknya dalam menahan segala godaan yang ada. Maksudnya, orang sabar itu kuncinya harus yakin bahwa segala sesuatu akan ada akhirnya. Tidak mungkin hidup selalu diwarnai oleh penderitaan. Semua siklus kehidupan akan silih berganti, ada senang pasti ada sedih, malam pasti ada siang, hujan pasti ada terik, dan pergantian yang lainnya.
Mencari ilmu juga harus sabar, yaitu dalam hal menjaga niat. Niat mencari ilmu harus senantiasa dijaga hanya karena mencari ridha Allah. Kita harus sabar dan menahan diri untuk tidak menodai niat tersebut untuk hal-hal yang lain, seperti ingin mendapat pujian atau penghargaan dari manusia.
Berbicara mengenai untung dan rugi, dibawah ini akan disebutkan beberapa golongan orang yang paling beruntung jika melakukannya dan tentu saja akan menjadi golongan orang yang rugi jika tidak melakukannya. Golongan tersebut adalah mereka yang didoakan oleh malaikat karena amalan yang mereka kerjakan. Tentu saja hal yang sangat luar biasa beruntung jika kita menjadi salah satu dari orang-orang yang didoakan malaikat dan rugi jika tidak teramasuk di dalamnya. Orang-orang yang didoakan oleh malaikat adalah:
1. Orang yang beriman dan bertobat serta mengikuti jalan Allah (Q.S Ghafir: 7-9)
2. Orang yang tidur dalam keadaan suci (H.R ibnu hiban)
3. Orang yang duduk menunggu shalat (H.R Muslim)
4. Oang yang salat di saf terdepan (H.R Abu Daud)
5. Orang yang menyambung saf kosong ( H.R Ahmad, Ibnu Maja, ibnu khuzaimah, ibnu hiban, al-hakim)
6. Orang yang mengucapkan amin ketika imam selesai membaca Al-Fatihah (H.R Bukhori)
7. Orang yang duduk di tempat shalat setelah selesai shalat (H.R Ahmad)
8. Orang yang shalat asar dan subuh berjamaah
9. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang di doakan (H.R Muslim)
10. Orang yang berinfak (H.R Bukhori dan Muslim)
11. Orang yang makan sahur (H.R Ibnu Iban dan Tabrani)
12. orang yang mengunjungi saudara seiman dan menyambung silaturahmi
13. Orang yang mengajarkan kebaikan (H.R Tirmizi )
14. Orang yang mendatangi dan duduk di majelis ilmu (H.R Tabrani)
Demikianlah penjelasan mengenai untung dan rugi menurut timbangan Allah. Apa yang terjadi dalam hidup kita yang menurut kita jelek belum tentu merupakan hal yang selalu merugikan. Mungkin saja Allah justru memberikan kita keuntungan melalui kejadian pahit tersebut.
sumber: kajian ma'rifatullah bersama K.H Abdullah gymnastiar ( Kamis, 22 Januari 2015)
Komentar
Posting Komentar