Sayup-sayup
suara adzan membangunkan ku dari tidur lelapku. Namun, badanku masih terasa
sangat letih untuk ku ajak bangkit menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim.
Udara dingin seolah semakin membelaiku untuk kembali menarik selimut. Akhirnya…
tak kuhiraukan suara panggilan untuk segera memenuhi panggilan Allah. Kembali
ku teruskan mimpi yang sempat terputus. Namun… baru sebentar ku terlelap, suara
ayam berkokok dari HP ku sudah kembali mengganggu. Dengan malas ku matikan
alarm yang sudah semakin nyaring bunyinya.
“Aduh! Ini ayam berisik banget! Lima
menit lagi ya yam. Nanti bangunin lagi.” Gumamku setengah sadar, sambil
mengatur alarm kembali.
Namun… kali ini aku benar-benar
terlelap. Tak kudengar lagi suara ayam berkokok atau bunyi apapun yang
membangunkanku. Sinar hangat mentari yang mulai menyilaukanlah yang membuatku
sadar secara perlahan. Ku lihat jam dinding yang sontak membuatku terperanjat.
“Waduhhhh!!! Setengah tujuh!!
Arrghhh!! Kacau kacau kacau! Hari ini kan kuliah pagi!”.
Aku segera bangkit menuju kamar
mandi. Dengan kekuatan super, aku hanya butuh beberapa menit untuk mandi.
Berdandan seadanya dan langsung kubereskan perlengkapan kuliah. Aku segera
berangkat, namun langkahku terhenti di pintu kamar.
“Tunggu dulu, aku kan belum solat
subuh. Aduh!”
Kuliahat jam tangan sudah menunjukan
pukul 7 kurang 10 menit.
“Ah ini udah mepet. Hari ini kan
dosennya sangat waw. Bisa bisa disuruh keluar dari jendela kalau telat masuk
kelas. Lagian… kalau solat sekarang namanya “subuh beurang pisyaannn”. Maaf ya Allah, aku bolos dulu hari ini
ya…”
Setelah gejolak batin beberapa menit
segera ku stop ojeg di pangkalan depan. Sebenarnya jarak ke kampus tidak
terlalu jauh. Tapi dengan jalanku yang seperti siput, bisa dipastikan aku akan
kalah cepat dengan dosen untuk tiba di kelas.
“Assalamua’laikum…” ucapku setelah
sampai di kelas.
“Waa’laikumsalam, wah bu ketuplak
(ketua pelaksana) baru nyampe. Nekat banget bu datang jam segini, untung dosen
belum datang.” Jawab Aldi, teman se UKM ku.
“Eh dasar kau, ini juga gara-gara
acara semalem. Gila malem banget beresnya, bikin ngantuk!”
“Haha.. resiko jadi ketua gitu kali bu. Yang lain udah pada pulang, situ
harus kerja tambahan buat mastiin semua beres.”
“Ya.. ya.. ya..” ujarku sambil
berlalu kesal.
Semalam memang ada kegiatan festival musik untuk
memperingati hari jadi UKM Pers yang aku ikuti. Sebagai orang yang diamanahi
ketua pelaksana, aku harus bekerja ekstra dari awal kegiatan sampai usai acara.
Itulah yang membuat pagi ini kuawali dengan kekacauan.
“Bila.. .bangku sebelah kosong?” tanyaku pada Salsabila yang tengah
asyik membaca buku.
“Kosong Ray, duduk aja.”
“Ok sip.“
“selamat ya, acaranya sukses. Tadi
Aldi cerita acaranya rame banget. Kamu hebat Ray!” ucapnya sambil mengulurkan tangan
“Thanks Bil.” Balasku sambil menerima uluran tangannya. “Tapi
efeknya yang ga bagus nih! Aku tadi bangun kesiangan. Capee bangettt!!” keluhku
menyambung perbincangan.
“Resiko kan Ray. Bukannya seorang
Raya udah biasa cape-capean kaya gini. Secara, aktivis kampus gitu loh. Haha…
Semangat say! Selalu ada pengorbanan dalam kesuksesan.”
“Hehe.. ia say, makasih ya
supportnya.”
Bila memang selalu mengerti
keadaanku. Ia adalah sahabat terdekatku yang selalu mebangkitkan gairahku
dengan kata-katanya yang indah. Dia juga aktivis kampus sepertiku, tapi dia
lebih aktiv di kegiatan yang berbau religius.
Dia tercatat sebagai salah satu aktivis
dakwah di kampus. Ah, sebenarnya aku dan dia memiliki kepribadian yang
berlawanan. Bila adalah sosok yang begitu anggun dengan busana muslimahnya.
Pemahamannya tentang agama membuat perilaku yang ditonjolkan begitu
mencerminkan keimanannya. Sedangkan aku, ya… beginilah… Tapi entahlah, aku dan
Bila bisa begitu dekat.
Suara salam dari dosen yang
mengawali mulainya jam pelajaran akhirnya membuyarkan lamunanku. Ku ambil
catatan dan alat tulis untuk menyambut pelajaran hari ini. Walaupun aku ragu
ditengah jam pelajaran, mata ini masih kondusif atau tidak. Haha…
Menit demi menit berlalu. Sampai akhirnya
usai juga jam pelajaran di jam pertama. Perjuanganku menahan kantuk masih terus
berlanjut di jam kedua. Aku paling kesal dengan hari ini, ya.. hari Senin ini,
dimana tidak ada jeda diantara jam pelajaran. Ditambah, dosen jam kedua pasti
sudah duduk manis di mejanya, menyambut kedatangan kami.
“Ayo Bil, kita bareng ke lantai 4
nya.” Ajakku pada Bila yang tampak terburu-buru membereskan alat tulisnya.
“Duluan aja Ray, aku ada urusan dulu
bentar.”
“Ah Bil, kamu kan udah sering
ditegur sama Pa Bani gara-gara telat masuk terus. Hampir tiap jam pelajarannya
lho kamu telat.”
“Hehe.. ga papa. Pa Bani pasti udah
ngerti sekarang. Kemarin-kemarin aku udah cerita alesannya ke beliau. Duluan
aja Ray, nanti kamu telat juga.”
“Beneran ga papa? Ya udah aku duluan
ya Bil.”
“Ia ga papa Ray.”
Rasa penasaran akhirnya membuat ku
berpikir untuk mengikuti kemana Bila pergi setiap kali pergantian jam
pelajaran. Sebagai sahabatnya aku ingin tahu apa alasan dia selalu terlambat ke
kelas ketika pergantian jam pelajaran.
“Musholla?” tanyaku pada diri
sendiri. Oh.. jadi Bila solat duha dulu makanya telat masuk. Hebat.. Hebat!”
“Raya?” Bila bertanya heran
melihatku berdiri mematung di depan pintu musolla ketika dia keluar untuk
berwudhu.
“Hehe.. maaf aku ngikutin kamu. Aku
penasaran apa alesan kamu sering ngilang pas pergantian jam. Maaf aku kepo banget... kenapa kamu ga pernah
ngajak aku buat solat juga?”
“Aku juga baru-baru ini kok ngerutinin solat duha. Aku takut kalau
bilang-bilang malah timbul rasa riya di hatiku. Maaf ya ray..”
“Gapapa, ya udah aku ikutan ah solat
duha.”
Spontan kata-kata itu keluar dari mulutku. Padahal
solat duha adalah solat sunat yang sangat jarang aku kerjakan. Alasannya tentu
karena bentrok dengan jam pelajaran dan
seambrek kegiatan lain. Ada perasaan aneh yang menyergap jiwaku ketika ku melaksanakannya. Damai.. tentram..
saat ku benar-benar berusaha mendidrikan solatku dengan khusu. Perasaan yang
mungkin akan membuatku ketagihan melaksankannya. Setelah selesai solat, Bila
mengajariku doa setelah solat duha. Aku merinding setelah Bila menjelaskan arti
doa tersebut. Segala permintaan duniawi
yang ku pinta terangkum dalam doa tersebut.
Setelah selesai solat, kami masuk ke
kelas bersamaan. Sebenarnya sepanjang perjalanan menuju kelas aku dihantui rasa
takut dimarahi karena telat masuk. Namun, rasa takutku sirna setelah masuk
kelas, kami justru disambut senyum manis Pak Bani. Aku sempat terbelalak tak
percaya. Pa Bani dikenal tegas dan jarang senyum, tapi ini kok malah
sebaliknya..
Raya menyadarkanku dari lamunan
dengan menarikku mencari tempat kosong untuk duduk.
“Gapapa kan, Pa Bani malah senyum?”
“Hehe… kamu ngapain Pa Bani sampai
berubah gitu? Biasnya kan dia suka marah kalau ada mahasiswa telat masuk.”
“Pa Bani juga manusia kalii.. dia
juga muslim. Aku kan udah bilang alesannya pas ke ruang kerjanya, jadi dia
ngerti.”
“Ooohhh…”
Pengalaman spiritual di musolla tadi
enatah kenapa membuat kantuk yang dari tadi menggelayutiku sirna begitu saja.
Aku jadi lebih bersemangat untuk belajar. Selepas pelajaran ini aku akan
meghujani Bila dengan deretan pertanyaan. Haha.. aku mentap Bila yang tengah
asyik mendengarkan ceramah Pa Bani. Entah kenapa aku baru sadar wajah Bila
memang begitu bercahaya. Memancarkan kedamaian bagi siapapun yang melihatnya.
Ah, beruntung sekali aku bisa mengenalmu begitu dekat Bil…
“Bila.. ke kantin yu.. aku traktir
deh, hehe..” ajakku setelah selesai kuliah
“Maaf Ray.. aku sedang shaum.”
Tolaknya dengan lembut
“Aduh maaf Bil, aku lupa. Kamu
selalu puasa Senin Kamis.”
“Hehe..nyantai aja lagi. Aku udah
maklum kamu udah tua, jadi pelupa.”
“Uuh.. ga enak banget ujungnya Bil.
Haha.. Eh, terus kamu mau kemana? Aku ada banyak pertanyaan ke kamu. Pengen
ngobrol-ngobrol bentar. “
“Aduh, aku mau diapain sama bu
wartawan?”
“Mau diminta pertanggung jawaban
atas apa yang aku rasain gara-gara kamu.” Ujarku sambil mengulurkan lidah
“aku salah apa Ray?” tanyanya penuh
perasaan bersalah
“Haha.. santai aja Bil. Jangan ngerasa bersalah gitu. Jadi..
dimana kamu bakal berdiam diri abis kuliah? Hehe..”
“Biasa, aku di masjid kampus ya Ray.
Solat dhuhur disana. Sekalian ada rapat kegiatan.”
“Oh ia ia, nanti aku kesana ya. Aku
tungguin kamu sampe beres rapat.
Kami pun berpisah di kantin kampus.
Bila meneruskan perjalanan menuju masjid kampus, aku sibuk memesan makanan
untuk mengisi cacing-cacing yang sudah berdemo di perutku.
Usai melahap makanan, ku langkahkan
kaki menuju rumah Allah yang tidak jauh dari kantin kampus. Rasanya.. aku
sangat jarang berada disini. Aku selalu solat di ruang sempit bernama musolla, atau di sekre UKM Pers. Aku jarang
menyempatkan diri merasakan sensasi solat berjamaah di masjid. Efeknya… rasa
aneh itu muncul kembali ketika ku sujudkan diri di rumah Allah ini. Damai
begitu terasaa… suasana masjid yang tentram seolah mendukungku untuk semakin
khusu berkomunikasi dengan-Nya.
Usai solat, ku bersandar di dinding
selasar masjid. Beberapa menit yang lalu Bila memintaku menunggu di selasar
karena rapatnya akan segera selesai. Ditengah keasyikanku menikmati sejuknya
suasana masjid, samar-samar ku dengar suara lantunan yang begitu merdu dari
beberapa akhwat yang sedang berkumpul. Lantunan ayat-ayat itu seolah
menyadarkanku akan kelalaian yang selama
ini kulupakan. Aku… entah kapan terakhir kali ku baca firman Mu ya Rab…
“Assalamualiakum Ray..”
“Wa.. waalailaikumsalam… Aduh Bila
ngagetin aja.”
“Haha.. ngelamun mulu neng.”
“Aku lagi nikmatin lantunan ayat
suci Bil, bukan ngelamun.”
“Oh.. hehe maaf Ray. Gimana, enak ya
dengernya?”
“Ia Ray.. Oh ia, aku sebenernya
pengen curhat ke kamu.”
“Tentang?”
“Agama”
“Maksudnya?”
“Aku kagum sama kamu Bil, kamu itu
selalu nyempatin diri buat solat duha. Sesempit apapun waktu yang kamu miliki.
Kamu juga konsisten buat shaum senin kamis. Kalau masalah ibadah wajibnya,
pasti udah ga diraguin. Aku pengen kaya kamu Bil. Aku pengen berubah.”
“Kalu berubah kaya aku susah Ray.
Bentuk fisik kita kan beda. Kamu harus operasi plastik berapa kali biar mirip
kaya aku. Haha…”
“Bilaaa… aku serius”. Ucapku seolah
marah
“Haha.. maaf maaf”
“Kamu tahu ga.. aku kaya bener-bener jauh banget dari Allah. Kamu tahu tadi pagi
aku ga solat subuh. Rasanya udah sering aku ngakhirin waktu solat bahkan
ninggalin solat. Semua alesannya cuma
karena ga ada waktu. Kamu tahu, semua aktivitas kampus, kegiatan-kegiatan yang
aku ikutin, bikin aku sering lupa sama kewajiban utama. “
“Kamu ga akan lupa kalau kamu tahu tujuan utama kita hidup untuk apa. Dalam
surat Az-Zaariyaat ayat 56, Allah kan udah ngejelasin kalau tugas kita cuma
buat beribadah kepada Allah. Belajar, kerja, ikut berbagai kegiatan, itu hanya
selingan supaya kita ga jenuh nunggu waktu solat. Tapi.. kebanyakan selingan
itu justru jadi kegiatan utama kita.”
“Kamu bener Bil. Aku selalu berusaha
datang tepat waktu kalau kuliah atau rapat. Tapi aku selalu terlambat buat menuhin
panggilan Allah. Aku selalu siap siaga kalau ada panggilan dadakan buat ikut
kegiatan ini itu, tapi aku selalu berleha-leha kalau masalah ibadah. Aku kuat begadang semalamen kalau ada
kegiatan, tapi ngedenger ceramah ustad beberapa menit aja rasanya udah bikin
aku terlelap tidur. Aku lebih takut sama manusia daripada sama Allah. Kamu tahu
itu kan? Tadi aja pas kita solat duha, aku takut dimarahin dosen gara-gara
telat masuk.”
“Itu problem umum setiap manusia
Ray. Tapi hanya orang-orang khusus yang bisa mengatasi problem tersebut. Hanya
mereka yang siap keluar dari zona nyaman yang bisa ngendaliin waktu dan urusan
duniawi supaya tetap seimbang sama akhirat. Dan aku yakin, kamu bisa Ray buat jadi orang-orang
khusus tersebut.”
“Aku butuh kamu buat ngingetin
aku..”
“Aku pasti bantu kamu. Tapiii.. sebenernya diri kamu sendiri yang bisa
ngingetin kamu. Aku ga selalu ada buat kamu. Kita punya kegiatan yang berbeda yang kadang memisahkan kita diluar
perkuliahan. Niat dan bulatkan tekad
adalah kunci terbesarnya. Inget Ray, waktu kita di dunia ga ada yang tahu.
Manfaatkan selagi ada kesempatan.”
“Makasih.. Salsabilaa… kamu memang sahabat terbaikku. Makasih udah ngasih hidayah yang begitu indah ini.” Ucapku
sambil memeluk Bila dengan linangan air mata
“Bukan aku, tapi Allah yang udah
ngasih hidayah itu. Aku hanya perantara.” Ucap Bila sambil membalas pelukanku.
Tempat
ini menjadi saksi air mata ku yang jatuh menyesali kekhilafan yang sering tak
ku tafakuri… Tempat ini pula yang
menjadi saksi, aku bertekad untuk memperbaiki diri. Ya Alah, betapa aku sering
melalaikan kewajibanku padahal Engku telah memberikan anugerah luar biasa
kepadaku. Maafkan aku, terima kasih Engaku telah megirimkan Salsabila sebagai
penerang dalam gelapnya jalanku…
SEKIAN…ALHAMDULILLAH ^^
teh rima bagus banget certanya :) komen blog aku juga ya ;)
BalasHapusAku ga di tag teh ..... T_T .... komen fb aku juga ya vin ... hihihi
BalasHapusthankyou vin. nya ke belajar dulu :D
BalasHapusWah agus pundung ..
agus komen blog saya :D
BalasHapus