Hari kemenangan yang dinantikan
sudah di depan mata. Sebentar lagi, takbir kemenangan akan menggema di seluruh
penjuru dunia. Umat muslim akan bersuka ria untuk menyambutnya. Hari-hari terakhir Ramadhan menjadi hari yang disibukkan dengan sederetan
kegiatan untuk semakin memantapkan persiapan hari Raya. Ada yang mulai mengecat
rumah yang sudah using, mendadak rajin membersihkan bagian rumah yang jarang
tersentuh, membeli baju hari Raya dan yang tidak kalah penting tentunya
menyiapkan hidangan khas lebaran.
Di Indonesia, ada banyak kuliner
khas lebaran yang memanjakan lidah. Mulai dari kue-kue khas pengisi toples
seperti nastar, olahan daging seperti opor ayam, olahan kentang seperti tumis dan tentu
saja olahan nasi yang dikemas dalam
ayaman janur bernama ketupat. Ya… ketupat dengan bentuk segi empat yang
seringkali menjadi ikon hari Raya. Kita biasa menyantapnya dengan opor ayam dan
tambahan menu lainnya. Emm... membayangkan memakan ketupat pasti semakin
membuat hati tidak sabar menanti datangnya hari Raya.
Namun… pernahkan terbersit tanya di hati kita mengenai seluk beluk ketupat? Kenapa
bentuknya segi empat, terbuat dari janur, harus dianyam, dan berisi beras?
Haha… jika iseng-iseng pernah terbersit tanya seperti itu, maka pasti akan
muncul rasa penasaran yang kadang terus kita pikirkan. Apa sebenarnya esensi
dari semua rahasia ketupat? Mungkin
inilah jawabannya…
v Janur Kuning
Ini merupakan bahan dasar yang
kebanyakan dijadikan untuk membuat
ketupat. Walaupun
ada juga yang membuat ketupat dari daun kelapa yang sudah agak tua yang warna
hijaunya lebih tua. Menurut cerita orang-orang tua terdahulu, janur kuning
merupakan perlambang sebagai penolak bala. Tidak hanya untuk ketupat, janur kuning
sebagai penolak bala juga digunakan dalam acara lain misalnya saat hajatan
pengantin. Dalam falsafah Jawa, janur bermakna sejane ning nur (arah menggapai
cahaya -maksudnya cahaya Illahi-). Adapun kuning bermakna sabdo dadi (yang
dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening). Dengan demikian, penggunaan janur kuning
dalam membuat ketupat atau dalam
berbagai hajatan itu mengandung cita-cita untuk menggapai atau memperoleh nur
Allah dengan hati atau jiwa yang suci atau bening. Atau keadaan hati dan jiwa manusia yang suci setelah
mendapatkan nur (cahaya) dari Allah.
v Bentuk Segi Empat
Bentuk segi empat
ketupat melambangkan “kiblat papat limo pancer” atau empat arah mata angin dan
satu pusat. Bentuk ini mencerminkan kesimbangan alam. Secara religius bermakna
bahwa kemana pun manusia itu berjalan
pasti selalu menuju ke satu arah yaitu Allah, Sang Khalik. Sedangkan secara
akhlaki, mencerminkan empat macam nafsu manusia, yaitu amarah (nafsu emosional)
, aluamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu untuk memiliki sesuatu
yang indah), dan mutmainah (nafsu untuk memaksakan diri). Keempat nafsu ini
hanya mampu ditaklukkan oleh satu amaliyah, yaitu dengan berpuasa. Dalam
tradisi ketupat lebaran, disimbolkan bahwa seseorang yang memakan ketupat,
orang itu dianggap sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.
v Anyaman ketupat
Gabungan janur kuning
yang membentuk menjadi anyaman juga memiliki makna filosofis. Bagi orang Jawa,
anyaman tersebut memiliki makna berbagai kesalahan dosa manusia. Secara
religius manusia itu tempatnya kesalahan dan kealphaan. Adapun ketupat setelah dibelah dua
dengan pisau menampakkan warna putih.
Ini bermakna kebersihan dan kesucian manusia. Dalam tradisi lebaran, kebersihan
dan kesucian itu hanya dapat diperoleh setelah tuntas melakukan amal ibadah
selama bulan Ramadhan.
v Beras
Dalam tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia, beras
memiliki arti khusus. Ia melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Adapun
beras dalam ketupat bermakna setelah hati dan jiwa manusia itu bersih dari
empat macam nafsu itu, maka manusia akan memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan. Dengan demikian, bisa dimaknai pula bahwa kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat itu hanya dapat diperoleh jika manusia dalam
masyarakat itu memiliki hati dan jiwa yang bersih dan suci.
Wahhh!! Ternyata luar biasa sekali
esensi dari ketupat tersebut. Kita bisa belajar untuk memaknainya agar perayaan
hari Raya terasa lebih bermakna. Bisa menjadi motivasi untuk semakin
meningkatkan kualitas diri setelah berlalunya bulan suci.
Ayoo… semangat nganyam ketupatnya
^_^. Jangan lupa bagi-bagi ke orang lain yang mungkin ga seberuntung kita yang
bisa menikmati hidangan hari Raya… Jangan kesibukan makan juga, jangan lupa
minta maaf dan koreksi diri agar hari kemenangan bisa lebih indah.
Minal
aidzin walwaidzin… mohon maaf lahir dan batin… {}
Komentar
Posting Komentar