Kata orang, tidak ada
yang namanya persabahatan sejati antara seorang perempuan dan seorang
laki-laki. Dalam kata “persahabatan” itu, ada rasa lebih yang terkandung
didalamnya. Karena mustahil kedekatan dapat terjalin tanpa getaran cinta didalamnya.
Benarkah? Mungkin cerita dibawah ini dapat memberikan sedikit jawaban.
***
“Rin…. tuh liat Dani ngeliatin kamu
aja.”
“Iya tuh Rin, tatapan penuh arti
gitu. Kalian kan deket, jangan-jangan Dani ada rasa sama kamu?”
“Ah, masa sih An, Er?” tanyaku
setelah mendengar ucapan dua sahabatku, Anti dan Erni.
“Iya, coba kamu lirik deh.” Tambah
Anti semakin memprovokasiku untuk melihat apa yang menjadi objek perhatian
kedua temanku itu.
Tentu saja aku tidak gila dengan
menengok kearah Dani secara langsung. Lewat trik melihat dari sudut mata, aku
mencoba menyelidiki perkataan teman-temanku itu. Dan ternyata… memang benar,
Dani memperhatikanku.
Aku seringkali tidak ambil pusing
mendengar perkataan mereka tentang hubunganku dengan Dani. Banyak yang menyangka
kami pacaran, padahal kami hanya sahabatan. Kadangkala gurauan mereka kuanggap
hanya angin lalu. Namun lama kelamaan entah mengapa aku jadi semakin bawa
perasaan atau istilah gaulnya “baper” dengan sahabat cowok terdekatku itu.
Boleh jadi… dugaan mereka benar bahwa Dani menyukaiku.
Prasangkaku semakin kuat karena
tingkah laku Dani yang kuanggap lebih ramah kepadaku daripada teman-teman cewek
lainnya. Misalnya pagi ini…
“Pagi Rindi… lebih pagi datengnya
daripada biasanya. PR belum dikerjain ya? Hehe.”
“Enak aja emangnya kamu yang
kerjaannya liat PR orang lain mulu.”
“Gitu aja marah..” ucapnya sambil
mengelus rambutku dan tertawa renyah di depanku.
Deg! Entah apa yang terjadi dengan
jantungku. Namun setahuku aku tidak punya riwayat ataupun pernah didiagnosis
lemah jantung. Tapi mengapa elusan rambut itu dan senyum manis yang jarang
ditunjukkannya bisa membuat jantungku mendadak terasa lemah. Pipiku juga
bersemu merah padahal cuaca pagi itu masih dapat menggilkan tubuh. Sejak
itulah… perasaan yang awalnya hanya sebatas sahabat itu berubah menjadi
perasaan lain yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Perasaan yang membuat
sahabatku itu menjadi lebih istimewa. Tingkah lakuknya seolah menjadi objek
yang harus terus kuamati.
Aku dan Dani selalu mengerjakan
tugas bersama. Entah mengapa kami selalu terjebak dalam satu kelompok yang sama
di hampir setiap mata pelajaran. Padahal pembagian kelompok ditentukan secara
acak oleh guru ataupun berdasarkan undian. Mungkinkah… itu tanda kalau kita….
jodoh? Hahaha… Namanya juga orang jatuh cinta, segala asumsi dijadikan penguat
opini untuk mendukung perasaan pribadi.
“Rin.. entar malem aku telepon buat
nanyain tugas kelompok ya?”
“Eh.. eh iya Dan.” Tugas kelompok
ya… atau tugas pribadi juga gapapa. tambah ucapku dalam hati.
Sejak itulah kami semakin dekat.
Bertelepon dan berkirim pesan jika perjumpaan di sekolah telah usai. Awalnya
hanya sekedar tugas sekolah, berganti topik menjadi ajang curhat pribadi.
Ya…sampai akhirnya kedekatan itu benar-benar tidak mampu menahan logikaku untuk
tetap bekerja dengan normal. Aku akhirnya menyatakan perasaanku kepada Dani
melalui surat. Surat yang entah mengapa jadi tersebar seantero kelas, membuat
pengakuanku dikonsumsi semua penduduk kelas bahkan sampai ke kelas tetangga.
Sejak itu… Dani berubah 180 derajat
bahkan mungkin lebih tinggi derajatnya dari itu. Kedekatan kami merenggang, dia
menjadi sosok yang semakin jauh ku gapai. Tidak ada sapaan ramahnya yang
menyambutku di depan pintu kelas. Senyum manisnya berganti menjadi ekspresi
datar. Tatapannya yang kata orang berbeda ketika mentapaku, bukan lagi menjadi
milikku. Aku kehilangan sahabat yang dulu bisa membuatku terhibur dengan
leluconnya ataupun kata-kata penyemangatnya. Ketika kami dipertemukan kembali
setelah lulus sekolah, jarak itu tetap ada. Dia bukan lagi sahabatku, tapi
orang asing yang seolah tak pernah dekat denganku.
Belakangan aku tahu alasan perubahan
sikapnya dari salah seorang temannya. Dani bingung membalas perasaanku yang
dulu ku utarakan . Ia hanya menganggapku sebagai sahabat baiknya. Namun ia
takut mengatakan kebenarannya. Akhirnya ia memutusakan untuk menjaga jarak
sampai aku lupa dengan perasaannku. Dan aku… sama sekali belum menunjukkan
bahwa aku baik-baik saja. Aku menghindar karena takut dan malu telah berani
mengungkapkan perasaan terlebih dahulu, sementara Dani menganggapnya sebagai
pertanda bahwa perasaannku untuknya masih ada. Ah… miskomunikasi yang tidak
pernah bisa kami perbaiki.
***
Jadi.. bagaimana jawabannya? Benarkah
tidak ada perasaan yang lebih didalam persahabatan antara dua orang perempuan
dan laki-laki? Tentu saja iya, tapi tidak selamanya benar. Terkadang perasaan
itu bukan cinta yang sebenarnya, namun perasaan nyaman yang membuat kita salah
mengartikan. Lawan jenis yang dekat dengan kita, tidak selamanya memiliki
perasan cinta juga. Karena nyatanya, ada juga
orang yang justru memilih menjauh dari orang yang dicintainya .
Kodratnya laki-laki adalah menjadi
sosok pelindung terutama melindungi wanita. Mereka menganggap wanita membutuhkan
pertolongan karena kelemahlembutan yang menjadi kodratnya. Jadi jangan baper
jika tiba-tiba ada teman lelakimu yang membawakan barang-barang berat yang kamu
bawa. Itu hanya tuntutan naluri mereka.
Lelaki juga memiliki keterampilan
sosial yang cepat daripada perempuan. Mereka cenderung lebih cepat bergaul dan
akrab dengan orang meski baru beberapa detik bertemu. Karena, kodrat mereka
cenderung cuek dan blak-blakan. Berbeda dengan perempuan yang cenderung masih
jaga image di awal pertemuan dengan orang baru. Jadi jangan baper jika bertemu
dengan laki-laki yang langsung dapat akrab dan bercanda denganmu. Itu salah
satu kepribadian umum yang melekat dalam dirinya.
Tentang sentuhan fisik ringan yang
terjadi ketika kalian bersama, itu mungkin ketidaksenganaan. Hal yang dianggap
wajar oleh laki-laki seperti mengelus kepala atau menyenggol sikut. Mereka
hanya ingin memberimu perhatian kecil agar tidak canggung tanpa bermaksud
memberi kode lebih kepadamu. Jadi jangan mudah baper juga jika tangan
bersentuhan ketika kamu bertabrakan dan memungut kertas bersamaan seperti
adegan dalam drama, itu mungkin hal yang biasa saja untuk mereka.
Begitupun dengan perempuan kepada
laki-laki. Kodratnya perempuan adalah makhluk yang penuh perhatian dan tidak
tegaan. Jadi jangan baper ketika kamu sebagai seorang laki-laki ketika curhat
dengan perempuan merasa dia sangat perhatian kepadamu. Itu hanya salah satu
bentuk empati yang berhasil ia salurkan kepadamu. Perempuan juga akan dengan
mudah mengulurkan bantuan, jadi bukan karena dia ada perasaan lebih kepadamu,
itu salah satu nalurinya.
Selain itu, jangan salah mengartikan
senyuman perempuan. Kodratnya memang lebih mudah tersenyum. Jangan baper jika
perempuan tersenyum manis kepadamu, itu hanya salah satu etika yang ia lakukan
untuk menjalin hubungan sosial yang baik.
Jadi bagaimana baiknya menyikapi
kebaperan yang mudah melanda? Sudah tahu sikap kodaratinya, namun tetap saja
perasaan itu ada? Jawabannya coba yakinkan hatimu dulu. Itu benar-benar
perasaan cinta atau hanya sekedar rasa kagum dan nyaman semata? Coba berikan
jarak untuk tidak bertemu terlalu intens dengannya. Biasanya, jarak akan
menunjukkan perasaannmu yang sebenarnya. Jika jarak belum mampu mengubah
perasaanmu, maka boleh jadi, perasaan itu memang ada.
Jangan salah mengartikan sikapnya
juga. Coba buka matamu lebar-lebar. Lihatlah sikapnya kepada orang lain selain
dirimu. Jika ia ramah dan bersikap sama kepada orang lain seperti
memperlakukanmu, maka tidak ada alasan kamu merasa lebih istimewa. Mana mungkin
seseorang memperlakukan orang yang spesial untuknya sama seperti dia
memperlakukan orang lain?
Pantas saja agama menyuruh kita
untuk “memberi jarak” dalam hubungan dengan lawan jenis. Bahkan menatap matanya
saja tidak boleh. Karena dari mata dapat turun ke hati. Dari kedekatan yang
dianggap wajar dapat tumbuh kenyamanan yang jika dibiarkan dapat menumbuhkan
perasaan lainnya. Mending jika perasaan itu tidak bertepuk sebelah tangan dan
tidak salah duga, jika salah hubungan baik bisa jadi taruhan.
Profesional saja dalam bergaul.
Jangan membuat orang lain baper dan jangan mudah dibaperi. Jika sudah terlanjur
sangat baper, beranikan langkah untuk melaju ke hubungan yang lebih serius.
Karena menunggu orang lain peka juga tidak mudah. Tentu saja langkah itu harus
sudah diiringi planning A dan B. Jika diterima syukuri, jika ditolak jangan
sampai merusak hubungan baik yang sudah terbina. Langkah itu juga bukan
didasari atas dugaan perasaan dan nafsu sesaat tapi benar-benar dengan niat
serius dan penuh pertimbangan.
Komentar
Posting Komentar