Ada banyak lembaran hidup yang terlewati. Seribu goresan penuh warna telah tercipta disana, tak terkecuali tentang cinta. Cerita yang saat ini masih sering mewarnai hari-hari, dengan tema utama masih seputar "Siapakah Tempat Berlabuhmu Nanti?"
Hari demi hari berganti, namun ia masih belum bertemu tempat berlabuhnya. Diakah atau diakah? Entahlah. Ragu banyak menyelimuti. Kegamangan masih sering dirasa, hingga debaran cinta itupun semakin meredup jua. Jujur saja, hati sudah letih dan ingin segera berlabuh di tempat yang Ia ridho. Namun waktu tak kunjung bersahabat. Saat yang lain sudah tiba di dermaga pelabuhan hati, diri ini masih terombang-ambing dalam pencarian yang tak pasti.
Debaran itu pernah terasa untuk insan yang kutemui. Namun, tak bisa kubedakan itukah cinta yang fitri ataukah nafsu dan kekaguman semata. Aku pernah salah menilai, karena itu kali ini tak mau kusimpulkan dengan tergesa. Ah sungguh pelik memang masalah cinta.
Lelah, sungguh lelah. Berkali gagal dan jatuh dalam kelam, aku juga ingin bangkit dalam terang. Kali ini sungguh pasrah. Biarlah sang pemilik hati sejati yang menjawab. Diatas hamparan sejadah merah, hati lulu dalam pasrah. Duhai Sang Pemilik Hati, semoga engkau segera berkenan menyatukanku dengan ia yang sudah Kau tulis dalam suratan takdirku. Ia yang akan menjemputku dengan cara yang indah, untuk menyempurnakan separuh agamaku.
Hari demi hari berganti, namun ia masih belum bertemu tempat berlabuhnya. Diakah atau diakah? Entahlah. Ragu banyak menyelimuti. Kegamangan masih sering dirasa, hingga debaran cinta itupun semakin meredup jua. Jujur saja, hati sudah letih dan ingin segera berlabuh di tempat yang Ia ridho. Namun waktu tak kunjung bersahabat. Saat yang lain sudah tiba di dermaga pelabuhan hati, diri ini masih terombang-ambing dalam pencarian yang tak pasti.
Debaran itu pernah terasa untuk insan yang kutemui. Namun, tak bisa kubedakan itukah cinta yang fitri ataukah nafsu dan kekaguman semata. Aku pernah salah menilai, karena itu kali ini tak mau kusimpulkan dengan tergesa. Ah sungguh pelik memang masalah cinta.
Lelah, sungguh lelah. Berkali gagal dan jatuh dalam kelam, aku juga ingin bangkit dalam terang. Kali ini sungguh pasrah. Biarlah sang pemilik hati sejati yang menjawab. Diatas hamparan sejadah merah, hati lulu dalam pasrah. Duhai Sang Pemilik Hati, semoga engkau segera berkenan menyatukanku dengan ia yang sudah Kau tulis dalam suratan takdirku. Ia yang akan menjemputku dengan cara yang indah, untuk menyempurnakan separuh agamaku.
Komentar
Posting Komentar