Malam ini aku masih terjaga, memaksakan diri untuk merenung sejenak. Sejujurnya mata sudah mulai mengajak menutup hari, namun hati masih belum dapat berdamai karena sesak akan sesuatu. Sesuatu itu, harus ku selesaikan sebelum lupa dan membuat hati kembali membeku. Sesuatu untuk menyiapkan diri menyambut tamu agung yang akan datang mulai esok hari. Jika tidak, tamu yang agung itu akan ku sia-siakan seperti tahun-tahun sebelumnya karena tidak punya pertahanan diri dari sergapan kesibukan dunia.
Tamu agung itu hanya datang sebulan selama setahun. Semua insan sangat merindukan kehadirannya karena ia memiliki kemuliaan didalamnya. Kemuliaan yang sangat disayangkan jika dibiarkan berlalu begitu saja. Namun aku takut, euforiaku untuk menyambutmu akan semakin turun dari tahun ke tahun. Karena setelah engkau pergi, disetiap tahunnya aku baru menyadari betapa banyak kekuranganku untuk menjamu mu. Di pertambahan usia duniaku, yang sebenarnya adalah pengurangan jatah hidupku, justru aku semakin berani untuk mengabaikanmu. Karena itulah aku mengingatkan diri lewat pena ini, karena lisan seringkali mudah mengingkari.
Teruntuk tamu agung yang sangat ingin kusambut dengan baik, pertama ku ucapkan selamat datang kembali. Marhaban ya Ramadhan. Ya, bulan Ramadhan, sang tamu agungku dan semua umat muslim, terima kasih telah memberi kami kesempatan untuk menyambutmu kembali. Kali ini, kesempatan itu tidak akan ku sia-siakan. Ini sambutan pertamaku untukmu, surat cinta sebagai pengingat bahwa kamu telah datang dan harus ku sambut dengan lebih hangat dari sebelum-sebelumnya.
Aku sangat ingin mengulang kembali semangat ketika aku pertama kali mengenalmu. Rasa ingin tahu yang murni dari seorang anak. Kemurnian yang membuatnya bersemangat untuk menyambutmu. Ia yang tertarih belajar menahan dahaga dan lapar sepanjang hari. Ia yang tetap bersemangat menerjang tetesan hujan agar tetap berjamaah solat di mesjid. Ia yang penuh semangat mengejar setoran juz sepanjang waktu. Ia yang yakin dapat menambah hapalannya dan melawan rasa lupa mengingat setiap ayat suci -Nya. Ia yang selalu ingin tahu tentang-Nya, hanya Dia, tiada tempat untuk insan yang lain. Ya.... aku rindu masa itu, ketika dunia bukan prioritas seperti saat ini.
Aku tidak ingin kau mengerti pertumbuhan usiaku yang menuntutku mengemban tanggung jawab lain sehingga tidak bisa menyambutmu dengan hangat dalam zona nyaman seperti masa kecilku dulu. Karena aku yang seharusnya mengerti bagaimana membagi waktu untuk itu, benar bukan? Lucu jika aku menyalahkan keadaan, padahal aku masih memiliki pikiran dan perasaan untuk bisa mengaturnya. Karena itu aku hanya ingin diberi kekuatan untuk bisa belajar memprioritaskanmu seperti dulu.
Mulai esok hari, ayo kita mulai mengisi waktu bersama-sama dengan lebih baik dari tahun sebelumnya. Aku akan belajar lebih giat untuk mengerti bagaimana memperlakukanmu selama sebulan ini. Jadi, ketika engaku pergi, bukan penyesalan yang kurasakan tapi kehangatan dan rasa syukur. Aku ingin kebersamaan kita menjadi menjadi bekal untukku menjalani 11 bulan lainnya dengan baik, sebelum engkau datang kembali.
Sekali lagi, marhaban ya Ramadhan, selamat datang duhai tamu agung. Terima kasih telah hadir kembali.
Komentar
Posting Komentar