"Ukhuwah itu bukan terletak pada pertemuan, bukan pada manisnya ucapan di bibir, tetapi pada ingatan seseorang terhadap saudaranya didalam doa"
Itulah kata-kata yang dikutip oleh pemateri dari Imam Al-Ghazali yang masih terngiang di kepalaku. Pematerian itu aku dapatkan ketika mengikuti Training of Muslim Revolution (TMR) tingkat 2 di UKDM. Kata-kata yang bukan hanya indah, namun memiliki makna mendalam. Seketika, saat itu juga aku seolah tersadarkan, betapa indah sebuah jalinan ukhuwah, apalagi jika jalinan itu terajut karena benang-benang yang sama. Benang karena rasa cinta kepada Allah.
Benang-benang itulah yang sedang kami rajut di LDK UKDM. Kami bukan ulama yang pemahamannya sudah mapan dalam hal agama. Kami bukan ahli sunah yang senantiasa istiqomah mengikuti perilaku yang dicontohkan Nabi. Kami juga bukan malaikat yang senanatiasa patuh terhadap perintah Allah. Kami hanya sekelompok pemuda dan pemudi yang sedang belajar untuk menapaki jalan cinta-Nya.
Tahukah kamu? Dulu aku tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari keluarga LDK UKDM UPI. Dulu... aku tak pernah terbersit sedikitpun, terjun kedalam dunia dakwah kampus. Dulu... aku sama seperti yang lain, menganggap dakwah itu sulit dan berat untuk dilakukan. Sehingga, hidupku hanya untuk menikmati kesenangan. Ketika ku melihat fenomena di masyarakat, aku juga sama, dulu.. hanya mampu berkoar-koar tanpa aksi, melihat ajaran agama semakin pudar dipraktekan dalam kehidupan.
Namun... semua berubah karena jalinan ukhuwah. Allah membimbingku melalui "tangan-tangan malaikat" sahabatku. Mereka menguatkan keraguan yang selalu saja menyertaiku ketika ingin melangkah dalam kebaikan. Mereka mengajak tanpa memaksa dan menasehati tanpa merasa menggurui, sampai akhirnya aku luluh dan mengikuti jejak-jejak perjuangan mereka.
Kuatnya ukhuwah itu bukan hanya terjalin ketika aku masuk kedalam UKDM. Ketika telah resmi bergabung, aku semakin merasakan kuatnya jalinan ukhuwah itu. Kamu tahu? Terasa indah ketika ada yang mengingatkan untuk saum sunah, tilawah Alquran, shalat malam, bersedekah, rajin membaca, olahraga, dan amalan-amalan kebaikan lainnya. Ada yang menguatkan ketika iman ini berada di titik terlemah. Ada yang membantu ketika kita merasa tidak sanggup melewati berbagai godaan sendiri.
Kuatnya ukhuwah itulah yang membantuku mengambil keputusan tepat untuk melanjutkan proses kaderisasi di UKDM dengan mengikuti TMR 2. Sejujurnya, aku sempat dirundung keraguan apakah akan ikut atau tidak. Beberapa hari sebelum pelaksanaan TMR, kondisi tubuhku drop. Rasa sakit itu membuatku malas untuk keluar kosan dan berlama-lama di kampus. Itulah yang membuatku bertambah tidak ada niat untuk melengkapi persyaratan. Aku jadi menyesal, mengapa tidak dari jauh-jauh hari aku melengkapi persyaratan itu.
Benar kata orang, sakit terkadang menjadi alasan kuat untuk membela diri ketika tidak ingin melakukan sesuatu hal. Badan yang kurang fit ditambah persyaratan yang belum kulengkapi satu pun, membuatku berniat untuk tidak mengikuti TMR 2. Saat itu aku tidak berpikir "Apa masih ada waktu dikemudian hari untuk mengikuti TMR 2 gelombang 2? Jika saat ini sakit menjadi alasan tidak bisa ikut TMR, bagaimana kalau nanti kematian yang menjadi alasan aku tidak bisa ikut TMR susulan?." Ah, aku terlalu sok tahu tentang sisa waktu yang tersisa untukku di dunia ini.
Untunglah ada teh Nida ,kepala departemen multimedia, yang tidak pernah lelah mengingatkan anggotanya, termasuk aku, untuk ikut TMR. Hampir di semua media, baik facebook, grup WA, sms, semua berisi ajakan untuk mengikuti TMR. Akhirnya, jarkoman teh Nida, tepat di hari pelaksanaan yang bisa merobohkan semua benteng alasanku untuk tidak ikut TMR. "jangan jadikan peryaratan sebagai alasan untuk tidak ikut TMR", begitu bunyi jarkom yang semakin menguatkanku untuk tetap ikut. Akhirnya, diwaktu kuliah yang tidak ada jeda untuk mempersiapkan persyaratan yang masih bisa kupenuhi, aku nekad menghubungi orang-orang yang bisa membantuku memenuhi persyaratan. Di jeda waktu kuliah yang singkat, ku coba untuk bisa melakukan apa yang bisa kupenuhi. Nafasku sudah tersenggal-senggal berlari kesana kemari. Ajaibnya, aku merasa tubuhku sehat ketika dipaksa melangkah dan berlari tersebut. Ah benar janji Allah, Allah akan memudahkan jalan bagi siapa yang menolong agama Allah.
Kejaiban itu tidak berhenti, semua persyaratan yang awalnya menjadi penghambat mengikuti TMR, aku bisa menyelesaikannya tepat di hari H, walaupun itu ada yang masih kurang 1. Namun, Allah kembali menunjukkan kasih sayang-Nya. Kekurangan persyaratan itu dimaklumi oleh panitia, karena memang sulit untuk menghubungi orang yang bertanggung jawab memberikan surat rekomendasi untuk melengkapi persyaratan tersebut. Allahuakbar! Semua telah Allah mudahkan ^_^.
Selama tiga hari kami diberi pematerian yang luar biasa. Membekali kami untuk siap memperjuangkan dakwah melalui jalan yang kami bisa lakukan. Bukan hanya materi yang kami dapatkan, kami juga diberi tantangan untuk berjualan tanpa diberi uang sepeserpun. Semua keuntungan yang didapat akan kami jadikan modal untuk membuat propaganda dakwah. Aku jadi belajar bahwa mencari uang tidaklah mudah. Perlu meyakinkan orang-orang agar mereka mau membeli dagangan kami. Perlu kesabaran ketika mereka menolak membeli. Perlu ketekunan yang tidak kenal lelah agar dagangan kami dapat segera habis. Untunglah, kami berjualan bersama-sama. Sehingga semua kesulitan itu dapat terasa ringan, karena banyak bahu yang memikulnya.
Setelah cape berjualan, kami akhirnya bisa mendapatkan uang untuk membuat propaganda. Ah, pekerjaan yang jika dikerjakan sendiri pasti membuat frustasi, karena harus membuat kata-kata menarik disertai desain kreatif agar membaut orang tertarik. Namun ketika dikerjakan bersama, justru tawa canda yang ada. Pekerjaan jadi terasa menyenangkan, hasilnya lumayan memuaskan, dan tidak meyita waktu terlalu lama. Ah... bersama memang lebih indah.
Acara TMR kami berakhir ketika senja tiba. Diakhir acara, kami sempat diberi prsssing mental oleh para pengurus UKDM. Bukan sekedar marah-marah tidak jelas, namun tekanan-tekanan yang bisa menyadarkan kami untuk tetap teguh berada dijalan ini. Diakhir acara, kang Galih selaku ketua umum memberikan amanatnya. Tahukah kamu? Kami tidak kuasa menahan air mata mendengar amanah beliau. Kang Galih juga sampai bercucuran air mata ketika berbicara.
"Ketika saya telah tiada dan ditanyai tentang kepemimpinan saya selama di UKDM, saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya bingung. Ketika LPJ saya mungkin masih bisa menjawab, tentang mentoring yang tidak jalan, pembinaan anggota yang kurang, dan kekecewaan anggota karena tidak terpenuhi harapannya untuk belajar agama lebih dalam. Namun... saya tidak tahu harus menjawab apa ketika LPJ di akhirat. Jadi teman-teman semua, ketika nanti saya telah tiada, tolong bela saya ketika penghisaban. Setidaknya, tolong teman-teman ingat, bahwa saya pernah jadi ketua umum LDK UKDM yang mencoba memperbaiki lembaga ini."
Begitulah kata-kata kang Galih yang masih saya ingat. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kita harus saling mengingatkan saudara-sauadar kita. Ingatkan mereka untuk berbuat kebaikan. Jangan acuh tak acuh dan berbuat kebaikan sendiri. Terakhir, beliau juga mengingatkan tentag pentingnya konfirmasi sebagai salah satu wujud ukhuwah di organisasi. Karena konfirmasi merupakan komunikasi yang penting untuk menguatkan ukhuwah organisasi. Jangan mendzalimi saudara-saudara kita untuk menunggu ketidakpastian kehadiran kita.
TMR 2... terima kasih atas segala pelajarannya. Semoga jalinan ukhuwah kita tetap terjaga. Saling mengingatkan ketika kita terlupa dan saling mengingat dalam setiap untaian doa.
Komentar
Posting Komentar